Info Nih ! Waktu Terbaik Untuk Pelaku Usaha Bidang Makanan Mendapatkan Untung

Momen libur lebaran pada umumnya para pemudik sekitar H-5 sampai hari minggu dari senin aktif, kira-kira hampir 2 mingguan lah untuk mudik dan liburan.

Berbeda dengan pengusaha makanan cepat seperti jenis makanan pinggir jalan bakso, mie ayam, nasi goreng, ayam goreng dan sebagainya libur lebaran hanya berlaku ketika 2 hari lebaran saja.

Pelaku usaha makanan berat yaitu jenis makanan cepat saji sebagai pengganti nasi, justru memiliki kesempatan emas meraup untung ketika H+3 lebaran, dimana hari lebaran bersama keluarga sudah selesai dan masuk waktu untuk liburan keluarga.

Kenapa Untung Besar di H+3 Lebaran ?

Pada hari ke 3 atau ke 4 terhitung dari hari pertama lebaran, biasanya orang akan bosan dengan menu masakan yang sama seperti ketupat dan opor ayam apalagi sedang berwisata bersama keluarga, pasti menu makanan di luar jadi pilihan favorit.
 
Waktu Terbaik Usaha Makanan Meraup Untung

Karena alasan tersebut, para pelaku bisnis makanan cepat menjadi incaran para warga yang ingin menjajakan uang yang memang di kondisikan untuk hari-hari lebaran.

Memasang harga yang lebih tinggi sedikit daripada hari biasa juga bukan masalah, karena hampir semua pembeli pada masa waktu itu akan paham dengan kata "mremo" yang artinya dagangan tetap buka di momen hari raya.

Lantas kapan waktu yang pas untuk libur para pengusaha makanan ?

Ya semua orang pastinya butuh libur dan istirahat dari rutinitas harian terutama para pedagang makanan di jalan utama rute mudik lebaran.

Tapi akan sangat mubazir jika mensia-siakan waktu momen emas untuk berjualan selama periode mudik dan libur lebaran.

Para pelaku usaha makanan justru biasa mengambil libur dan istirahat ketika masuk waktu orang-orang kembali ke perantauan dan masuk kerja.

Saat itu hampir semua orang sudah mulai fokus memikirkan kebutuhan perlengkapan untuk kegiatannya ketimbang membeli makanan cepat saji.

Istilah "mremo" sangat terkenal di pulau jawa dengan arti banyaknya pedagang yang tetap buka pada hari raya untuk mendapatkan untung yang lebih banyak.

Uniknya para pembeli ketika masa itu juga tidak begitu mempermasalahkan harga yang sedikit lebih tinggi karena menyadari para pedagang merelakan waktunya dengan tidak ikut mudik ke kampung halaman.